::: Samsu Wijayanto :::
Miskin merupakan status sosial yang sangat dihindari oleh sebagian orang. Banyak orang bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak sedikit pula yang menghalalkan yang haram demi keluar dari zona kemiskinan.
Kata orang hidup itu seperti roda berputar. Memang. Kemiskinan akan segera berakhir dengan adanya usaha yang keras, tekun dan sabar. Seseorang pasti akan meninggalkan fase kemiskinan dan beralih mrnjadi kejayaan. Itu adalah bentuk keniscayaan. Namun sekali lagi, kita diikat oleh norma agama dan sosial. Dimana kita diatur dan didisiplinkan untuk menjadi pribadi yang baik menurut tataran agama dan sosial. Tentu menjadi kaya atau jaya harus dengan usaha yang baik.
Hal buruknya, ketika seseorang sudah nyaman dan suka pada fase jaya dan memiliki kekayaan, dia akan takut menjadi miskin kembali seperti dulu. Dia lupa bahwa dia dulu pernah berada dalam keadaan yang sulit. Oleh karena itu, Allah memberikan kita peringatan yang mengimplementasikan kehidupan seseorang yang kaya. Peringatan ini tertera dalam surat at-Takatsur ayat 1, berbunyi Allah SWT berfirman:
أَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُ
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,"
Kita dilarang untuk bermegah-megahan bukan berarti kita tidak boleh kaya dan hidup memiliki banyak harta. Boleh kaya, boleh punya banyak harta. Namun hiduplah sederhana, jangan sampai lupa diri. Jika itu terjadi, maka secara tidak langsung kita sudah bermegah-megahan. Kalau sudah demikian, sulit untuk kita menerima keadaan jika suatu saat jatuh miskin.
Nah, disinilah setan mulai bermain. Bermain dengan bisikan-bisikan ketakutan akan kemiskinan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah : 268, berbunyi:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa, "setan tidak segan-segan menakut-nakuti hambanya dengan takut akan kemiskinan. Sehingga, banyak sekali orang enggan untuk bersedekah, infaq bahkan zakat. Selain itu, setan juga membisikan pada telinga manusia bahwa kebathilan adalah halal baginya. Seperti bakhil dan serakah misalnya. Tidak heran jika banyak yang rela menggadaikan imannya untuk pergi ke ahli nujum (dukun) untuk melancarkan dan mempertahankan kekayaannya.
Quraish Shihab juga menambahkan, "Setan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan, memalingkan dari amal saleh sehingga kalian tidak berinfak di jalan kebaikan dan menyuruh kalian berbuat kejahatan. Ampunan Allah amatlah luas. Dia Mahakuasa untuk membuat kalian kaya. Tidak ada satu masalah pun yang tidak diketahui-Nya."
Intinya, seberapapun harta benda yang kita miliki. Itu semua hanya titipan. Tak pantas kita terlalu bangga dan tak boleh juga kita putus asa hingga takut menjadi miskin. Allah telah mengatur porsi rezeki kita dengan adil dan pas. Tinggal bagaimana kita mensyukuri apa yang kita miliki dan menggunakannya dengan baik dan penuh manfaat
Sekian
Kroya, Cilacap, 12-07-2018
Miskin merupakan status sosial yang sangat dihindari oleh sebagian orang. Banyak orang bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak sedikit pula yang menghalalkan yang haram demi keluar dari zona kemiskinan.
Kata orang hidup itu seperti roda berputar. Memang. Kemiskinan akan segera berakhir dengan adanya usaha yang keras, tekun dan sabar. Seseorang pasti akan meninggalkan fase kemiskinan dan beralih mrnjadi kejayaan. Itu adalah bentuk keniscayaan. Namun sekali lagi, kita diikat oleh norma agama dan sosial. Dimana kita diatur dan didisiplinkan untuk menjadi pribadi yang baik menurut tataran agama dan sosial. Tentu menjadi kaya atau jaya harus dengan usaha yang baik.
Hal buruknya, ketika seseorang sudah nyaman dan suka pada fase jaya dan memiliki kekayaan, dia akan takut menjadi miskin kembali seperti dulu. Dia lupa bahwa dia dulu pernah berada dalam keadaan yang sulit. Oleh karena itu, Allah memberikan kita peringatan yang mengimplementasikan kehidupan seseorang yang kaya. Peringatan ini tertera dalam surat at-Takatsur ayat 1, berbunyi Allah SWT berfirman:
أَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُ
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,"
Kita dilarang untuk bermegah-megahan bukan berarti kita tidak boleh kaya dan hidup memiliki banyak harta. Boleh kaya, boleh punya banyak harta. Namun hiduplah sederhana, jangan sampai lupa diri. Jika itu terjadi, maka secara tidak langsung kita sudah bermegah-megahan. Kalau sudah demikian, sulit untuk kita menerima keadaan jika suatu saat jatuh miskin.
Nah, disinilah setan mulai bermain. Bermain dengan bisikan-bisikan ketakutan akan kemiskinan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah : 268, berbunyi:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa, "setan tidak segan-segan menakut-nakuti hambanya dengan takut akan kemiskinan. Sehingga, banyak sekali orang enggan untuk bersedekah, infaq bahkan zakat. Selain itu, setan juga membisikan pada telinga manusia bahwa kebathilan adalah halal baginya. Seperti bakhil dan serakah misalnya. Tidak heran jika banyak yang rela menggadaikan imannya untuk pergi ke ahli nujum (dukun) untuk melancarkan dan mempertahankan kekayaannya.
Quraish Shihab juga menambahkan, "Setan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan, memalingkan dari amal saleh sehingga kalian tidak berinfak di jalan kebaikan dan menyuruh kalian berbuat kejahatan. Ampunan Allah amatlah luas. Dia Mahakuasa untuk membuat kalian kaya. Tidak ada satu masalah pun yang tidak diketahui-Nya."
Intinya, seberapapun harta benda yang kita miliki. Itu semua hanya titipan. Tak pantas kita terlalu bangga dan tak boleh juga kita putus asa hingga takut menjadi miskin. Allah telah mengatur porsi rezeki kita dengan adil dan pas. Tinggal bagaimana kita mensyukuri apa yang kita miliki dan menggunakannya dengan baik dan penuh manfaat
Sekian
Kroya, Cilacap, 12-07-2018